Rabu, 08 Juni 2016

Antihistamin CTM



Tugas Farmakologi II
Antihistamin “CTM”

Nama               : Yohana Kaimat
NIM                : PO.530333214698
Tk/Reg                        : II/B



Obat CTM – Kegunaan dan Efek Samping Obat ini cukup terkenal di masyarakat kita, umumnya CTM digunakan untuk mengobati gatal-gatal, namun ternyata banyak juga yang menyalahgunakannya lantaran efek samping yang menimbulkan kantuk. Padahal ini tidak boleh dilakukan karena resiko efek samping yang berbahaya. Kegunaan Obat CTM CTM adalah singkatan dari chlorfeniramin maleat, merupakan jenis obat dari golongan antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, demam, dan flu biasa. Gejala ini termasuk ruam, mata berair, gatal pada mata / hidung / tenggorokan / kulit, batuk, pilek, dan bersin. Sesuai dengan nama golongannya (antihistamin, obat CTM bekerja dengan cara menghalangi zat alami tertentu (histamin) yang dihasilkan tubuh selama reaksi alergi. Histamin memiliki efek melebarkan pembuluh darah dan membuat rasa gatal. Obat Gatal Paling Ampuh Di samping itu obat CTM juga memblokir bahan alami lain yang dibuat oleh tubuh yaitu acetylcholine, sehingga membantu mengeringkan beberapa cairan tubuh untuk meredakan gejala mata berair dan hidung meler ketika terserang flu atau alergi. OBAT CTM Lebih lengkap berikut daftar kondisi atau penyakit yang bisa diobati dengan CTM: Konjungtivitis Alergi Radang Hidung akibat Alergi (RINITIS ALERGI) Rhinitis Vasomotor Hidung Tersumbat Hidung berair Gatal-gatal Biduran Hidung gatal dan bersin-bersin Obat batuk pilek yang di antaranya mengandung CTM, belum terbukti aman atau efektif pada anak-anak di bawah 6 tahun. Oleh karena itu, jangan gunakan produk ini untuk mengobati gejala batuk pilek pada anak-anak di bawah 6 tahun kecuali secara khusus direkomendasikan oleh dokter. Cara Aman Menggunakan Obat CTM Karena obat-obatan ini tidak menyembuhkan atau memperpendek lamanya penyakit flu dan tentunya justru dapat menyebabkan efek samping yang serius. Untuk mengurangi risiko efek samping yang serius, gunakanlah sesuai dengan dosis anjuran. Jangan gunakan obat CTM untuk membuat anak mengantuk. Selama menggunakan obat ini jangan mengonsumsi obat batuk pilek lainnya yang mungkin mengandung bahan-bahan yang sama atau mirip. Meminta saran dokter tentang cara lain dalam meredakan gejala batuk pilek (seperti minum cukup cairan, menggunakan humidifier atau saline tetes / semprot hidung). Cara Menggunakan CTM Obat CTM ini memang bisa dibeli tanpa menggunakan resep dokter, namun Anda harus membaca semua arahan yang terulis pada paket produk sebelum mengonsumsinya. Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikan kepada apoteker. Minum obat yang berupa tablet, kapsul, atau bentuk cair dengan atau tanpa makanan. Ikuti petunjuk untuk dosis pada label, atau minum sesuai anjuran dokter. Obat ini dapat diminum dengan makanan atau susu apabila seseorang memiliki gangguan lambung (maag). Jika jenis obat CTM adalah kapsul extended-release, telanlah secara keseluruhan. Jangan menghancurkan atau mengunyah tablet atau kapsul extended-release karena jika ini dilakukan obat akan diserap semua sekaligus, sehingga meningkatkan risiko efek samping. Jika obat CTM berbentuk cair, gunakan hanya sendok takar yang tersedia dalam paket. Jangan gunakan sendok rumah tangga. Jika bentuk cair berupa suspensi, kocok botol sebelum menggunakannya. Jika kondisi Anda tetap atau memburuk, atau jika Anda berpikir Anda mungkin memiliki masalah medis yang serius, mencari perhatian medis segera. Efek Samping CTM Ada banyak efek samping yang bisa ditimbulkan oleh obat CTM ini, diantaranya: Mengantuk Pusing Sakit kepala Sembelit Sakit perut Penglihatan kabur Penurunan koordinasi Kering pada mulut, hidung, dan tenggorokan Untuk meredakan efek smaping yang berupa mulut kering, perbanyaklah minum cairan. Klorfeniramin juga bisa mengeringkan dan mengentalkan lendir di paru-paru, sehingga memberikan efek lebih sulit untuk bernapas dan bersihan paru-paru. Untuk mencegah efek ini, minumlah banyak cairan. Jika dokter telah diresepkan obat CTM ini, ingatlah bahwa ia telah menilai bahwa manfaat obat ini lebih besar daripada risiko efek sampingnya bagi Anda. Banyak orang menggunakan obat ini tidak memiliki efek samping yang serius. Hubungi dokter segera apabila terjadi efek samping yang serius, seperti: perubahan mental / suasana hati (misalnya, halusinasi, lekas marah, gugup, kebingungan), telinga berdenging, kesulitan buang air kecil, mudah memar / pendarahan, denyut jantung cepat atau tidak teratur, atau kejang.





Komposisi:
Tiap tablet mengandung:  Chlorpheniramine maleat 4 mg

Farmakologi:
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat.
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia. CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.
Kontraindikasi:
Serangan asama akut, bayi prematur
Dosis:
-     Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.
-     Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
-     Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.


Efek Samping:
Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek muskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, kelainan darah

Peringatan dan Perhatian:
Jangan mengemudi kendaraan bermotor/mengoperasikan mesin. Glaukoma sudut sempit, hamil, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokalpada krteks serebri. sensisitifas silang

STABILITAS CTM
Penyimpanan
Oral
Tablet, Chewable Tablet, dan Kapsul Extended-release
Wadah ketat di 15-30 ° C.
Tablet extended-release
Wadah Terletak ditutup pada 15-30 ° C.
Tablet Extended-release
4-30 ° C dalam tempat.Sedikit kering
Larutan Oral
Ketat, wadah tahan cahaya pada 15-30 ° C; menghindari freezing (Kondisi beku).
.


Kamis, 02 Juni 2016

DIURETIK



Tugas Farmakologi II

Nama                              : Yohana Kaimat
NIM                               : PO.530333214698
Tk/Reg                           : II/B
Nama Pembimbing         : Yulius B.Korassa,S.Farm,Apt,M.Si



DIURETIK


Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Fungsi utama diuretic adalah untuk memobalisasi cairan udem, yang  berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan :
1.      Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat: 1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, 2) tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal, 3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan 4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik. Contoh golongan obat ini adalah : Manitol, Urea, Gliserin, Isosorbid.
Diuretik osmtik terutama bermanfaat pada pasien oligura akut akibat syok hivovolemik yang tealh dikoreksi, reaksi transfuse atau sebab lain yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi tubuli tidak aktif.
Yang termasuk golongan ini adalah :

A.    Manitol
Manitol merupakan obat yang sering digunakan diantara obat lain, karena manitol tidak mengalami metabolisme dalam badan dan hanay sedikit sekali di reabsorpsi
Manitol digunakan misalnya untuk mencegah gagal ginjal akut atau untuk mengatasi oliguria, dosis manitol total yang diberikan untuk dewasa 50-100gr, untuk menurunkan tekanan intracranial yang meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada serangan akut glaucoma kongestiv atau sebelum operasi mata, digunakan manitol 1,5 – 2 g/kg BB sebagai larutan 15-20%, yang diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.
Manitol dikontrainsikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan pendarahan intracranial kecuali bila akan dilaukan kraniotonomi. Infuse monitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.
B.     Urea
Merupakan suatu Kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena mengandug urea sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5g/KgBB. Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan monitol, karena 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh   tubuli ginjal
C.     Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.
Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya relative kecil.
D.    Isosorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanaya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada fliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari






2.      Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat didalam sel korteks renalis,pancreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP tetapi tidak terdapat dalam plasma.
Yang termasuk kedalam golongan ini adalah asetazolamid.
Mekanisme Kerja :
Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase yang terletak didalam sel dan membrane tubulus proksimal. Karbonik anhidrase mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3 (bikarbonat). Penurunan kemampuan untuk menukar NA+ untuk H+ dengan adanya asetazolamid menyebabkan diuresis ringan. Selain itu, HCO3 dipertahankan dalam lumen yang ditandai dengan penigkatan PH urine. Hilangnya HCO3 menyebabkan asidosis metabolism hiperkloremik dan penurunan kemampuan diuresis setelah beberapa hari pengobatan.
Penggunaan dalam Terapi
a.       Pengobatan Glaukoma: penggunaan klinik asetazolamid yang paling umum adalah untuk menurukan kenaikan tekanan dalam bola mata glukoma sudut terbuka. Aetazolamid menurunkan produksi aqueous humor, ungkin dengan menghambat karbonik anhidrase pada corvus siliaris mata. Obat ini berguna untuk pengobatan kronis glaucoma tetapi tidak digunakan untuk serangan akut.
b.      Epilepsi : asetazolamid kadang-kadang digunakan pada pengobatan epilepsy baik yang grand mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan kejang. Asetazolamid sering digunakan secara kronis bersam-sama dengan obat-obat antiepilepsi untuk meningkatkan kerja obat-obat.
c.       Mountain Sickness : sedikit asetazolamid dapata digunakan untuk pencegahan mountain sickness akut.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan peroral setiap hari.
Efek Samping
Asedosis metabolic ( ringan), penurunan kalium, pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan parestasia mungkin akan terjadi.





3.      Diuretik Golongan tiazid
Tiazid merupakan obat diuretik yang paling banayak digunakan. Obat-obat ini merupakan derifat sulfonamide dan setrukturnya berhubungan dengan penghambat karbonik anhidrase. Tiazid memiliki aktivitas diuretic lebih besar daripada asotazolamid, da obat-obat ini bekerja di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus distal, dan semuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam potensi, dinyatakan dalam per milligram basa.
Adapun yang termasuk kedalam golongan tiazid diantaranya :
A.    Klorotiazid
Klorotiazid merupakan golongan tiazid modern pertama yang aktif peroral dan mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki kelompok tiazid walaupun derifat yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau klortalidon yang sekarang lebih sering digunakan.
Penggunanan dalam terapi :
a.       Hipertensi : Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama dalam pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic untuk jangka waktu yang lama pada kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial ringan dan sedang.
b.      Gagal Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam penurunan volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.
c.       Hiperklasiuria : Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik karena penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna untuk pasien dengan batu kalsium oksalat didalam salura kemih.
d.      Diabetes Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine yang hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk mengobati diabetes insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini dapat turun dari 11 liter/hari menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan obat ini.
Farmakokinetik :
Obat-obatan ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid, memerlukan waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan tekanan darah yang stabil, dan obat ini menunjukan waktu paruh biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid disekresi oleh system sekresi asam organic gijal.
Efek Samping:
Kehilangan kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume, hiperkalsemia, hiperglikemia, hipersensitifitas.
B.     Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd yang telah terbukti lebih popular dibandingkan obat induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.
C.     Klortalidon
Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan sekali sehari untuk indikasi ini.
D.    Analog Tiazid
1) Metolazon : lebih kuat dari tiazid dan tidak seperti tiazid, obat ini menyebabkan Na+ pada gagal ginjal lanjut.
2) Indapamid : larut dalam lipid, merupakan diuretic bukan gologan tiazid yang memiliki masa kerja panjang. Pada dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek anti hipertensi yang bermakna dengan efek diuretic yang minimal. Indapamid sering digunakan pada gagal ginjal yang lanjut untuk merangsang diuresis tambahan  diatas duresis yang telah dicapai oleh diuretic kuat. Indapamid di metabolism dan diekresi oleh saluran pencernaan dan ginjal, oleh karena itu sedikit kemungkinan untuk terakumulasi dengan pasien dengan gagal ginjal dan mungkin berguna untuk pengobatan.

PIL KB



Nama                           :  Yohana M. Kaimat
NIM                            : PO.530333214698
Tk/Reg                                    :II/B
Nama Pembimbing      : Yulius B.Korassa,S.Farm,Apt,M.Si



KONTRASEPSI PIL KB

A.    Pengertian
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).
Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi hormon estrogen dan atau progesteron. bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten (Sastrawinata, 2000)
Pil KB yang banyak dipakai umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah. Angka keberhasilan memakai pil dibilang hampi selalu efektif dalam mencegah kehamilan.
Namun, tidak semua wanita tidak boleh memilih pil, jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices thrombophlebitis, pernah serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain.
Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil, apabila mengidap darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala, air tertahan dalam tubuh dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur, nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan kemungkinan payudara mengecil (Nadesul, 2007).

B.     Cara Kerja
1.    Pil KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC) Mengandung 2 jenis hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Mekanisme kerjanya untuk mencegah kehamilan adalah sebagai berikut:
a)     Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur
b)    Mengentalkan lendir leher rahim, sehingga menghalangi penetrasi sperma
c)    Membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan menghidupi hasil pembuahan
2.    Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya berisi progesteron, bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim dan membuat kondisi rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.

        Pil KB Andalan akan mencegah pelepasan sel telur yang telah diproduksi oleh indung telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Hormon yang terkandung dalam pil KB Andalan akan memperkental lendir leher rahim sehingga mempersulit sel sperma masuk kedalam rahim. Hal ini berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Selain itu, Pil KB Andalan akan menebalkan dinding rahim, sehingga tidak akan siap untuk kehamilan.

C.     Jenis-Jenis Pil KB :
Ada 5 jenis pil KB/kontrasepsi oral, yaitu : (Saifuddin, 2006)
1.       Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum sehari sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil estradiol dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan. Progestin dalam pil oral kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol diasetat , linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonogestrel, desogestrel dan gestoden.
Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat.
Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu :
a)      Kemasan 28 hari 7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.
b)      Kemasan 21 hari
Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi.
2.      Pil KB atau kontrasepsi oral tipe sekuensial
Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
3.      Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid.
Contoh Pil mini, yaitu :
a)      Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg noretindron.
b)      Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
c)      Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
d)     Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
e)      Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat

4.       Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after pill)
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
5.      Once A Moth Pill
6.      Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu pil yang diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain :
a)      Mifepristone, yaitu alat kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang digunakan dalam uji klinis penelitian.
b)      Ormeloxifene (centchroman), yaitu alat kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di India.
D.    Cara Penggunaan
1.       Pil Kombinasi
Panduan penggunaan pil kombinasi secara umum :
a)      Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari pada saat yang sama.
b)      Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
c)      Penggunaan pil kombinasi dianjurkan diminum pada hari pertama haid.
d)     Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan  hari yang ada pada kemasan.
e)      Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari kemasan yang baru.
f)       Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu kemudian mulai minum pil dari kemasan yang baru.
g)      Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam setelah meminumnya.
h)      Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan, apabila tidak memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam.
i)        Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih sama dengan aturan minum pil lupa.
j)        Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid.

2.      Aturan Pil Lupa
Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera minum 2 pil pada hari yang sama (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain). Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadual yang ditetapkan (sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai pil habis).
3.      Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Tidak Menyusui
Pil kombinasi diminum setelah 3 minggu post partum. Jika sudah 6 minggu post partum dan sudah melakukan hubungan seksual, sebaiknya menunggu haid dan gunakan metode barier.
4.      Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Menyusui
Petunjuk untuk pasien post partum yang menyusui sama dengan petunjuk umum dan aturan pil lupa. Sebelum menggunakan pil kombinasi, berikan konseling dan KIE pada pasien tentang berbagai metode kontrasepsi.
5.      Pil Sequential
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari terakhir.
6.      Mini Pil atau Pil Progestin
Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil atau Pil Progestin
Mini pil mulai dapat digunakan pada hari pertama sampai hari ke lima pada siklus haid (tidak memerlukan metode kontrasepsi lain) apabila:

a.       Lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan pasien telah mendapat haid.
b.      Pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin ganti dengan mini pil.
c.       Pasien sebelumnya menggunakan AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon).
d.      Diduga tidak terjadi kehamilan.
e.       Pasien mengalami amenorea (tidak haid) dan dipastikan tidak hamil (sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari).
f.       Menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid (bila menyusui penuh, tidak memerlukan kontrasepsi tambahan).
g.      Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan mini pil. Pil dapat segera diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya, apabila penggunaan kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar dan tidak hamil.
h.      Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi suntikan dan ingin ganti mini pil. Pil dapat diberikan pada jadual suntikan berikutnya dan tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan lain.