Tugas Farmakologi II
Antihistamin “CTM”
Nama : Yohana Kaimat
NIM : PO.530333214698
Tk/Reg : II/B
Obat CTM – Kegunaan dan Efek Samping
Obat ini cukup terkenal di masyarakat kita, umumnya CTM digunakan untuk
mengobati gatal-gatal, namun ternyata banyak juga yang menyalahgunakannya
lantaran efek samping yang menimbulkan kantuk. Padahal ini tidak boleh dilakukan
karena resiko efek samping yang berbahaya. Kegunaan Obat CTM CTM adalah
singkatan dari chlorfeniramin maleat, merupakan jenis obat dari golongan
antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, demam, dan flu
biasa. Gejala ini termasuk ruam, mata berair, gatal pada mata / hidung /
tenggorokan / kulit, batuk, pilek, dan bersin. Sesuai dengan nama golongannya
(antihistamin, obat CTM bekerja dengan cara menghalangi zat alami tertentu
(histamin) yang dihasilkan tubuh selama reaksi alergi. Histamin memiliki efek
melebarkan pembuluh darah dan membuat rasa gatal. Obat Gatal Paling Ampuh Di
samping itu obat CTM juga memblokir bahan alami lain yang dibuat oleh tubuh
yaitu acetylcholine, sehingga membantu mengeringkan beberapa cairan tubuh untuk
meredakan gejala mata berair dan hidung meler ketika terserang flu atau alergi.
OBAT CTM Lebih lengkap berikut daftar kondisi atau penyakit yang bisa diobati
dengan CTM: Konjungtivitis Alergi Radang Hidung akibat Alergi (RINITIS ALERGI)
Rhinitis Vasomotor Hidung Tersumbat Hidung berair Gatal-gatal Biduran Hidung
gatal dan bersin-bersin Obat batuk pilek yang di antaranya mengandung CTM,
belum terbukti aman atau efektif pada anak-anak di bawah 6 tahun. Oleh karena
itu, jangan gunakan produk ini untuk mengobati gejala batuk pilek pada
anak-anak di bawah 6 tahun kecuali secara khusus direkomendasikan oleh dokter.
Cara Aman Menggunakan Obat CTM Karena obat-obatan ini tidak menyembuhkan atau
memperpendek lamanya penyakit flu dan tentunya justru dapat menyebabkan efek samping
yang serius. Untuk mengurangi risiko efek samping yang serius, gunakanlah
sesuai dengan dosis anjuran. Jangan gunakan obat CTM untuk membuat anak
mengantuk. Selama menggunakan obat ini jangan mengonsumsi obat batuk pilek
lainnya yang mungkin mengandung bahan-bahan yang sama atau mirip. Meminta saran
dokter tentang cara lain dalam meredakan gejala batuk pilek (seperti minum
cukup cairan, menggunakan humidifier atau saline tetes / semprot hidung). Cara
Menggunakan CTM Obat CTM ini memang bisa dibeli tanpa menggunakan resep dokter,
namun Anda harus membaca semua arahan yang terulis pada paket produk sebelum
mengonsumsinya. Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikan kepada apoteker.
Minum obat yang berupa tablet, kapsul, atau bentuk cair dengan atau tanpa
makanan. Ikuti petunjuk untuk dosis pada label, atau minum sesuai anjuran
dokter. Obat ini dapat diminum dengan makanan atau susu apabila seseorang
memiliki gangguan lambung (maag). Jika jenis obat CTM adalah kapsul
extended-release, telanlah secara keseluruhan. Jangan menghancurkan atau
mengunyah tablet atau kapsul extended-release karena jika ini dilakukan obat
akan diserap semua sekaligus, sehingga meningkatkan risiko efek samping. Jika
obat CTM berbentuk cair, gunakan hanya sendok takar yang tersedia dalam paket.
Jangan gunakan sendok rumah tangga. Jika bentuk cair berupa suspensi, kocok
botol sebelum menggunakannya. Jika kondisi Anda tetap atau memburuk, atau jika
Anda berpikir Anda mungkin memiliki masalah medis yang serius, mencari
perhatian medis segera. Efek Samping CTM Ada banyak efek samping yang bisa
ditimbulkan oleh obat CTM ini, diantaranya: Mengantuk Pusing Sakit kepala
Sembelit Sakit perut Penglihatan kabur Penurunan koordinasi Kering pada mulut,
hidung, dan tenggorokan Untuk meredakan efek smaping yang berupa mulut kering,
perbanyaklah minum cairan. Klorfeniramin juga bisa mengeringkan dan
mengentalkan lendir di paru-paru, sehingga memberikan efek lebih sulit untuk
bernapas dan bersihan paru-paru. Untuk mencegah efek ini, minumlah banyak cairan.
Jika dokter telah diresepkan obat CTM ini, ingatlah bahwa ia telah menilai
bahwa manfaat obat ini lebih besar daripada risiko efek sampingnya bagi Anda.
Banyak orang menggunakan obat ini tidak memiliki efek samping yang serius.
Hubungi dokter segera apabila terjadi efek samping yang serius, seperti:
perubahan mental / suasana hati (misalnya, halusinasi, lekas marah, gugup,
kebingungan), telinga berdenging, kesulitan buang air kecil, mudah memar /
pendarahan, denyut jantung cepat atau tidak teratur, atau kejang.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung: Chlorpheniramine
maleat 4 mg
Farmakologi:
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal
dengan CTM merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative
(menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih
sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai
obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih
ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat
beristirahat.
CTM memiliki indeks terapetik (batas
keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk
itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan
efek antihistamin dalam tubuh manusia. CTM
sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus
dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin
endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995)
disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen
usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1
umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti
kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Efek samping ini
menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi
mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab
itu, pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis,
seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.
Kontraindikasi:
Serangan asama akut, bayi prematur
Dosis:
-
Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.
-
Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
-
Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.
Efek Samping:
Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek
muskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, eufria, sakit kepala,
merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, kelainan darah
Peringatan dan Perhatian:
Jangan mengemudi kendaraan
bermotor/mengoperasikan mesin. Glaukoma sudut sempit, hamil, retensi urin,
hipertrofi prostat, lesi fokalpada krteks serebri. sensisitifas silang
STABILITAS CTM
Penyimpanan
Oral
Tablet, Chewable Tablet, dan Kapsul
Extended-release
Wadah ketat di 15-30 ° C.
Tablet extended-release
Wadah Terletak ditutup pada 15-30 ° C.
Tablet Extended-release
4-30 ° C dalam tempat.Sedikit kering
Larutan Oral
Ketat, wadah tahan cahaya pada 15-30 ° C; menghindari
freezing (Kondisi beku).
.