Tugas Farmakologi II
Nama :
Yohana Kaimat
NIM :
PO.530333214698
Tk/Reg : II/B
Nama Pembimbing : Yulius B.Korassa,S.Farm,Apt,M.Si
DIURETIK
Diuretik ialah obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian,
pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.
Fungsi utama diuretic adalah untuk
memobalisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5
golongan :
1. Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai
untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu
zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat: 1)
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, 2) tidak atau hanya sedikit
direabsorpsi sel tubuli ginjal, 3) secara farmakologis merupakan zat yang
inert, dan 4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik. Contoh
golongan obat ini adalah : Manitol, Urea, Gliserin, Isosorbid.
Diuretik osmtik terutama bermanfaat
pada pasien oligura akut akibat syok hivovolemik yang tealh dikoreksi, reaksi
transfuse atau sebab lain yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam
keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi tubuli tidak aktif.
Yang termasuk golongan ini adalah :
A.
Manitol
Manitol merupakan obat yang sering
digunakan diantara obat lain, karena manitol tidak mengalami metabolisme dalam
badan dan hanay sedikit sekali di reabsorpsi
Manitol digunakan misalnya untuk
mencegah gagal ginjal akut atau untuk mengatasi oliguria, dosis manitol total yang
diberikan untuk dewasa 50-100gr, untuk menurunkan tekanan intracranial yang
meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada serangan akut glaucoma kongestiv
atau sebelum operasi mata, digunakan manitol 1,5 – 2 g/kg BB sebagai larutan
15-20%, yang diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.
Manitol dikontrainsikasikan pada
penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi
hebat dan pendarahan intracranial kecuali bila akan dilaukan kraniotonomi.
Infuse monitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.
B.
Urea
Merupakan suatu Kristal putih dengan
rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena mengandug urea
sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab urea murni dapat menimbulkan
hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea diberikan intravena dengan dosis
1-1,5g/KgBB. Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan
monitol, karena 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal
C.
Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu
tindakan optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Efek
maksimal terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.
Dosis untuk orang dewasa yaitu
1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat dimetabolisme,
sehingga efek diuresisnya relative kecil.
D.
Isosorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi
yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanaya isosorbid menimbulkan
diuresis yang lebih besar daripada fliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia.
Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari
2. Diuretik golongan
penghambat enzim karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang
terdapat didalam sel korteks renalis,pancreas, mukosa lambung, mata, eritrosit
dan SSP tetapi tidak terdapat dalam plasma.
Yang termasuk kedalam golongan ini
adalah asetazolamid.
Mekanisme
Kerja :
Asetazolamid menghambat karbonik
anhidrase yang terletak didalam sel dan membrane tubulus proksimal. Karbonik
anhidrase mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3 (bikarbonat).
Penurunan kemampuan untuk menukar NA+ untuk H+ dengan
adanya asetazolamid menyebabkan diuresis ringan. Selain itu, HCO3 dipertahankan
dalam lumen yang ditandai dengan penigkatan PH urine. Hilangnya HCO3
menyebabkan asidosis metabolism hiperkloremik dan penurunan kemampuan diuresis
setelah beberapa hari pengobatan.
Penggunaan
dalam Terapi
a.
Pengobatan Glaukoma: penggunaan klinik asetazolamid yang paling umum adalah
untuk menurukan kenaikan tekanan dalam bola mata glukoma sudut terbuka.
Aetazolamid menurunkan produksi aqueous humor, ungkin dengan menghambat
karbonik anhidrase pada corvus siliaris mata. Obat ini berguna untuk pengobatan
kronis glaucoma tetapi tidak digunakan untuk serangan akut.
b.
Epilepsi : asetazolamid kadang-kadang digunakan pada pengobatan epilepsy baik
yang grand mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan
kejang. Asetazolamid sering digunakan secara kronis bersam-sama dengan
obat-obat antiepilepsi untuk meningkatkan kerja obat-obat.
c.
Mountain Sickness : sedikit asetazolamid dapata digunakan untuk pencegahan
mountain sickness akut.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan peroral
setiap hari.
Efek Samping
Asedosis metabolic ( ringan),
penurunan kalium, pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan parestasia mungkin
akan terjadi.
3. Diuretik Golongan
tiazid
Tiazid merupakan obat diuretik yang
paling banayak digunakan. Obat-obat ini merupakan derifat sulfonamide dan
setrukturnya berhubungan dengan penghambat karbonik anhidrase. Tiazid memiliki
aktivitas diuretic lebih besar daripada asotazolamid, da obat-obat ini bekerja
di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus
distal, dan semuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya
dalam potensi, dinyatakan dalam per milligram basa.
Adapun yang termasuk kedalam
golongan tiazid diantaranya :
A.
Klorotiazid
Klorotiazid merupakan golongan
tiazid modern pertama yang aktif peroral dan mampu mempengaruhi edema berat
yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek
samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki kelompok tiazid walaupun derifat
yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau klortalidon yang sekarang lebih
sering digunakan.
Penggunanan dalam terapi :
a.
Hipertensi : Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama
dalam pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan
ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolic untuk jangka waktu yang lama pada kebanyakan
pasien dengan hipertensi esensial ringan dan sedang.
b.
Gagal Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam
penurunan volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.
c.
Hiperklasiuria : Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik
karena penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna
untuk pasien dengan batu kalsium oksalat didalam salura kemih.
d.
Diabetes Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine
yang hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk
mengobati diabetes insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini
dapat turun dari 11 liter/hari menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan
obat ini.
Farmakokinetik
:
Obat-obatan ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid,
memerlukan waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan tekanan darah yang stabil,
dan obat ini menunjukan waktu paruh biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid
disekresi oleh system sekresi asam organic gijal.
Efek
Samping:
Kehilangan kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume,
hiperkalsemia, hiperglikemia, hipersensitifitas.
B.
Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid adalah direvat
tiazd yang telah terbukti lebih popular dibandingkan obat induk. Hal ini karena
kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang dibandingkan
klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang
dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.
C.
Klortalidon
Klortalidon adalah merupakan suatu
derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang
panjang dank arena itu sering digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan
sekali sehari untuk indikasi ini.
D.
Analog Tiazid
1) Metolazon : lebih kuat dari
tiazid dan tidak seperti tiazid, obat ini menyebabkan Na+ pada gagal
ginjal lanjut.
2) Indapamid : larut dalam lipid,
merupakan diuretic bukan gologan tiazid yang memiliki masa kerja panjang. Pada
dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek anti hipertensi yang bermakna dengan
efek diuretic yang minimal. Indapamid sering digunakan pada gagal ginjal yang lanjut
untuk merangsang diuresis tambahan
diatas duresis yang telah dicapai oleh diuretic kuat. Indapamid di
metabolism dan diekresi oleh saluran pencernaan dan ginjal, oleh karena itu
sedikit kemungkinan untuk terakumulasi dengan pasien dengan gagal ginjal dan
mungkin berguna untuk pengobatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar